Setiap manusia berusaha seumur hidupnya dalam mencari harta duniawi, dimana setiap hari bekerja keras mengumpulkan uang / harta agar di kemudian hari menjadikan impiannya menjadi kenyataan, seperti mempunyai rumah mewah (lantai granit, punya parkiran mobil yg luas), mobil mewah, perhiasan mewah, dll. Bahkan seseorang rela mengorbankan nyawanya untuk memperoleh uang demi keluarganya, demi masa depannya, demi lingkungannya, dll.
Harta = utang + modal, bila diartikan dalam prinsip keuangan/finacial. Biasanya, harta itu terlihat dari laporan neraca pada suatu periode tertentu. Apakah seseorang memiliki harta yang banyak merupakan orang yang " KAYA". Jawabannya adalah " Belum tentu". Kenapa? Apabila seseorang memiliki harta yang banyak , tetapi diperoleh dari banyak utang kepada orang lain. Maka, orang tersebut belum tentu dikatakan "KAYA". Jadi, yang dimaksud di sini adalah "KAYA" diperoleh dengan modal usaha sendiri, alias tidak utang pada orang lain.
Seseorang dapat menjadi "KAYA" dengan cara ber- hutang pada orang lain, bila orang tersebut memiliki keterbatasan modal, seperti pinjam pada bank, koperasi, atau pihak ketiga. Pinjaman itu (utang pada pihak lain) dapat terlunasi apabila perputaran modal menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari cicilan/bunga pinjaman tersebut, sehingga lambat laun hutang akan terlunasi. Makin cepat hutang terlunasi, maka orang tersebut berpeluang besar menjadi "KAYA". Saya tidak membahas bidang usaha apa yg dapat memberikan return / hasil yg maksimal agar dpt membayar hutang, dll.
Tujuan manusia di muka bumi ini adalah memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan orang tua, tetangga, dan lingkungan, agar terhindar dari hutang dan kehidupan yg melarat / menderita. Untuk itu, setiap manusia berusaha dengan bekerja keras setiap hari demi memperoleh sejumlah uang tertentu agar tercapai tujuan tersebut. Namun, kadang kala dalam mencapai tujuan tersebut, banyak orang yang ingin melalui jalan pintas / singkat dengan berbagai macam cara, misalnya demi sejumlah uang maka seseorang rela menjadi pencuri, penipu, pembunuh, bahkan menjadi teroris. Disisi lain, ada orang yg rela mengorbankan dirinya dengan cara menjual diri (maaf menjadi pelacur, gigolo) bahkan ada pula dengan intrik / cara menikah dengan warga asing, janda kaya, atau duda kaya yang umurnya sudah menjelang akhir. Itulah berbagai cara manusia dalam memenuhi tuntutan hidup di dunia ini.
Terlepas dari tujuan manusia tersebut dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini, (apakah dengan cara baik atau buruk) akan berakhir saat manusia tersebut tidak dapat melakukan usaha / kerja di dunia lagi. Apakah yang terjadi selanjutnya apabila seseorang telah pulang ke hadirat sang pencipta? Tentu, manusia tersebut akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya yang telah dilakukannya kepada Sang Pencipta. Semua perbuatannya terlihat jelas seperti kamera CCTV yang merekam semua perbuatan manusia di perjalanan hidupnya. Dengan berakhirnya tugas di dunia ini, segala jerih payah mengumpulkan harta duniawi yg dilakukan setiap hari, tentunya tidak akan dibawa oleh orang tersebut dalam dunia lain, yaitu dunia kematian. Semua harta seperti rumah mewah, mobil mewah, dan perhiasan mewah akan ditinggalkan oleh orang tersebut apabila kehidupan orang tersebut berakhir.
Apakah ada jaminan bahwa seseorang yang memiliki harta banyak di dunia ini akan mejadi orang kaya di kemudian hari bil a menhadap pada Sang Pencipta ? Tentu tidak, semua harta benda akan ditinggalkan di dunia ini. Yang ada adalah perbuatan selama manusia tersebut di dunia ini yg menjadi penentu kehidupan manusia tsb di kemudian hari apabila dipanggil menghadap Sang Pencipta. Untuk itu, saya mengajak saudara saudari untuk merenungkan semua itu agar melakukan perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Caranya adalah HIDUP DALAM HAYAT TUHAN, terimalah Tuhan Yesus sebagai Juruselamat atas hidupmu, pikullah Salib (mengikuti jalan Tuhan dengan hidup berdasarkan pimpinan Roh Kudus) dan Ikutlah Tuhan (memberitakan injil kepada setiap manusia). Semua yang kita tabur di dunia ini, akan kita tuai di kemudian hari. Apabila kita menabur baik maka hasil tuaian pun akan baik. Janganlah kita menabur berdasarkan "daging"/kebutuhan jasmani melainkan kita menabur berdasarkan "roh kebenaran" maka setiap orang akan mendapatkan karunia yang telah disediakan oleh Tuhan. Amin
Hendaklah kita menabur dalam "Roh" bukan dengan menabur dalam "daging", sebab segala yang ditabur dalam daging penuh dengan ke-sia-sia- an. Segala yang kita tabur akan dituai di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar