Senin, 30 September 2013

Hidup dalam Roh

Setiap manusia terdiri dari unsur jasmani/daging/lahiriah, jiwa dan roh.

Unsur Jasmani/lahiriah/daging merupakan unsur manusia yang nyata, bisa merasakan sakit karena luka, merasakan panas jika terkena api, merasakan setiap benda yang dipegang, dll. Unsur jiwa lebih ke arah perasaan/feeling , misalkan kita merasakan tenang bila mendengarkan musik rohani, merasakan gembira bila mendapatkan rejeki, dll. Unsur roh adalah terpisah dari kedua unsur yg telah disebutkan sebelumnya, dimana terlepas dari unsur jasmani dan jiwa. Roh itu nyata jika seseorang itu telah meninggal sehingga roh terpisah dari tubuh jasmani orang tersebut.

Unsur jasmani sering dominan dalam kehidupan umat manusia, mereka lebih cenderung menonjolkan ke-akuannya, status, jabatan, posisi, dll dalam kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan jasmani ini, manusia ingin menunjukkan bahwa dia bisa menyesuaikan lingkungan sekitarnya, lingkungan usaha/bisnis, lingkungan sosial masyarakat, atau lingkungan dimana manusia itu berada.
Dalam lingkungan tetangga
            Manusia lebih cenderung menonjolkan diri pada lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan dekat rumah tinggal. Misalkan lingkungan di sekitar rumah terdiri dari lingkungan golongan elit, golongan jetset, golongan kaya, dll. Maka, setiap penghuni rumah akan berlomba-lomba menunjutkkan jati diri/status bahwa penghuni rumah itu adalah yang paling kaya, paling mampu, paling sukses, dll. Bila ada salah satu penghuni rumah membeli mobil baru, misalkan mobil kijang, maka penghuni rumah lain akan berusaha membeli mobil baru yg lebih mahal, misalkan mobil landcruiser dgn harga milyaran. Tentunya akan membawa efek bagi lingkungan sekitarnya, dimana tiap tiap rumah akan berlomba-lomba utk menjadi yang paling mampu, paling kaya, paling terpandang, dan seterusnya. Apabila seseorang telah menjadikan dirinya sebagai orang terpandang, orang kaya, maka timbullah kepuasan, kebanggaan pada jiwa mereka, yaitu senang, puas, bangga, dll. Sehingga unsur jasmani dan jiwa saling berkaitan yang bersumber pada sifat EGO sentris.
                Biasanya unsur materilah yang menjadi faktor penilai di lingkungan sosial masyarakat pada umumnya. Makin banyak uang, makin banyak mobil, makin banyak rumah, makin banyak perhiasan, makin banyak materi maka makin dipandanglah manusia itu. Dengan demikian, makin puaslah jiwa manusia itu bahwa dirinya mencapai puncak dari segalanya.
               Karena materi itu lah, membuat manusia itu buta mata hatinya karena tertutup oleh perasaan ingin dihargai, ingin dipuji, ingin dipandang oleh manusia lainnya. Padahal, dalam kehidupan manusia itu sendiri, belum tentu kehidupan sosial ekonominya memenuhi segala keperluan yang serba mewah. Di sini ada situasi dimana manusia berusaha menutupi sosial ekonominya agar dapat mengikuti trend di masyarakat. Misalkan, ada trend handphone maka semua ingin berusaha memiliki handphone, mulai dari yang murah, sampai blackberry, bahkan sampai puluhan juta diusahakan utk membeli handphone tsb. Apabila gak ada handphone, maka orang tersebut dikucilkan / tersisihkan dari lingkungannya. Ada lagi trend ipad, mulai dari ipad 1, ipad2, ipad 3, ipad 4, dst. Apabila seseorang belum memiliki ipad, maka orang tersebut belumlah dianggap mampu atau belum keren. Terus muncul trend iphone, sampai dengan iphone 5 dimana bisa mendengarkan music, bisa komunikasi face to face, dst . Yang lebih gila lagi di lingkungan masyarakat, trend itu mengubah prilaku seseorang dari gaya natural menjadi gaya modern, gaya eksklusif, gaya masa kini. Hal ini memaksa seseorang berupaya utk membeli handphone, ipad, iphone dengan cara berhutang, kredit, atau apapun demi memilikinya. Padahal, manusia itu sadar bahwa banyak keperluan hidupnya yg lebih penting dibandingkan membeli handphone, ipad, ataupun iphone.

Banyak sekali dalam kehidupan manusia, terkesan sok kaya, sok kenal dan akrab --padahal manusia itu gak mampu, padahal manusia itu tidak kenal. Di sinilah dapat dinilai kehidupan manusia jasmani yang terkesan menutupi diri dengan ke pura-puraan agar dapat memperoleh penghargaan / status dari lingkungan. Kepura-puraan inilah yang dapat membawa manusia itu ke dalam jurang kehancuran, jurang kejahatan (membunuh, mencuri, menipu, dll) dan menambah kelamnya isi dunia ini.

Padahal, kita tahu bahwa semua materi itu adalah penutup/accesoris/pelengkap manusia yang hanya sementara, sewaktu-waktu akan tertelan masa, usang dan tidak berguna. Apabila tubuh jasmani kita dan jiwa kita dipenuhi oleh hawa nafsu demi kepuasan, kebanggaan pada status, jabatan, & posisi di lingkungan sosial, maka manusia tersebut akan merasa hidupnya sia-sia dan seolah olah diperbudak oleh lingkungan demi status sosialnya.

Segala yang kita kejar demi materi itu adalah sia-sia, semua itu akan tidak berguna dan tidak akan dibawa oleh kita apabila kita telah dipanggil oleh Tuhan. Semua yang kita kejar, semua yg kita capai, akhirnya akan berhenti saat kita dipanggil olehNya. Apa maksud ini semua? Tidak lain adalah mengajak saudara-saudari untuk menelaah/meninjau segala perbuatan yg kita lakukan di dunia ini. Apakah status sosial kita berharga di mata Tuhan? Apakah kekayaan, harta benda, mobil / rumah mewah dapat dibawa oleh anda? Ingatlah segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah hanya sementara dan tidak kekal. Apakah dengan kekayaan di dunia akan menjamin anda menjadi kaya di surga? Tentu tidak, kecuali anda dilahirkan kembali dalam nama Tuhan Yesus. Manusia yang dilahirkan kembali, menjadi manusia baru yaitu manusia yang mengikuti jalan Salib , dimana hidup manusia hanya tertuju untuk memuliakan Tuhan.

Hidup ini hanya sementara, jangan sia-siakan dengan kehidupan jasmani / jiwa, melainkan hidupkan diri anda dengan Roh hayat dari Kristus Yesus. Percayalah pada Tuhan, karena Dialah yg menciptakan segalanya dan kepadaNya lah kita akan kembali dan diminta pertanggungjawaban selama kita hidup di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar